Assalamualaikum, perjalananku menelusuri
penyebaran Islam tahun ini berlabuh ke Kazakhstan.
Berbatasan langsung dengan 5 negara membuat
tiap sudut Kazakhstan punya warna yang
berbeda. Salah satunya Turkistan, berada di
sisi selatan Kazakhstan dan berdekatan
dengan Afghanistan dan Iran. Aura
Timur Tengah terasa kental di sini. Belum lagi
sejarah peradaban Islam juga terukir kuat
di kota permata Kazakhstan ini.
Pagi ini kita susuri Shymkent, sebuah kota
yang kaya akan sejarah dan budaya. Menyimpan
banyak cerita dari route perdagangan lintas
benua Asia. Kota ini menjadi saksi bisu
peradaban dan pertukaran budaya selama
berabad-abad lamanya.
Shymkent kota terbesar ketiga di Kazakhstan ini
berbatasan langsung dengan Uzbekistan.
Pernah menjadi jalur perdagangan sutra di
Asia Tengah, kini kota ini tumbuh menjadi
kota industri yang berperan penting di
Kazakhstan.
Jalur sutra darat juga memiliki peranan
penting dalam penyebaran Islam karna sambil
berdagang, para saudagar muslim mensyiarkan
ajaran agama ini.
Bukti nyata perkembangan Islam kini berdiri
megah, masjid Aq Meshit. Terkenal sebagai
masjid putih, inilah rumah ibadah utama
muslim di Shymkent.
Subhanallah, memasuki area dalam masjid aku
dibuat terpana dengan keindahannya. Masjid
terbesar di provinsi Turkistan ini
dimahkotai dengan kubah putih besar yang
mejadi daya tarik.
Central Shymkent Mosque atau juga dikenali
dengan White Mosque ini adalah satu-satunya
masjid di Kazakhstan yang arsitekturnya
menyerupai Yurta atau rumah tradisional
Kazakhstan dan mampu menampung hingga tujuh
ribu jemaah.
Bermandikan cahaya lampu gantung dan marble
berwarna putih pada konstruksinya menambahkan
aura kemegahan masjid ini.
Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga
jadi tempat bagi mereka yang ingin memperdalam
Islam. Tak kenal usia, sebahagian besar yang
memperdalam agama Islam disini bahkan
telah lanjut usia. Tujuan mereka satu,
meningkatkan keimanan dan ketakwaan agar
lebih dekat dengan sang pencipta.
Madrasah di masjid ini dibuka secara gratis
untuk semua kalangan umur dari yang belia
hingga lanjut usia. Semua berkumpul di sini
untuk belajar Bahasa Arab hingga belajar
tentang agama Islam supaya lebih dekat
dengan agama Islam. MasyaAllah.
Aku jadi teringat sabda Rasulullah yang
memerintahkan umatnya agar menuntut ilmu
hingga ajal menjemput. Siapa yang
sungguh-sungguh mempelajari ilmu Allah,
balasan pahala menantinya.
Sebelum melanjutkan perjalanan menelusuri
sejarah Islam di Turkistan, aku akan ajak
kalian menepi sejenak ke kaki bukit
Zailiysky Alatau di distrik Talgar Almaty
untuk menyelami tradisi budaya dan kehidupan
masa lalu bangsa Kazakhstan di desa Etnohan.
Kedatanganku disambut hangat para penjaga desa
dari atas kuda, lengkap dengan baju besi
tradisional khas pengembara. Minuman
tradisional Kazakhstan, Kymyz tersaji
menyambut para tetamu. Selain syarat makna,
Kymyz juga kaya akan manfaat karna memiliki
nilai gizi dan bermanfaat bagi kesehatan
pencernaan.
Jadi di tradisi Kazakhstan, tamu itu sangat
penting dan sangat dihargai. Makanya, ketika
datang kita langsung disuguhi ini sama
makanan khasnya Kazak, iaitu Kumys
adalah minuman fermentasi susu kuda betina.
Nah, selain itu juga kita bakal nyobain kueh
hasil dari Kazak yang bentuknya menyerupai
() karna disini anggap () itu adalah
hadiah dari Tuhan dan sangat berharga.
Jadi harus diberikan kepada tamu.
Yuk, kita cuba! Panganan satu ini juga
terhidang untuk aku dan para tamu, Baursak.
Sekilas () goreng bagi orang Kazak,
cemilan berbahan terigu ini tak hanya adunan
goreng namun syarat makan. Baursak jadi simbol
kebahagiaan yang tersaji pada momen tertentu
termasuk pernikahan dan pertemuan keluarga.
Nah, tadi setelah menikmati fermentasi susu
kuda. Sekarang kita mau cobain Baursak, ini
adalah kueh khas dari Kazakhstan. Bentuknya
segitiga dimasak langsung disini dan cara
makannya setelah diambil, kita pakai ini
slice cherry di atasnya. Terus langsung deh
kita santap. Bismillahirrahmanirrahim.
MasyaAllah enak banget. Terus katanya menikmati
kueh ini, kita minum kopi.
Nikmat banget. MasyaAllah.
Serba tradisional termasuk pertunjukan
yang satu ini, penampilan musisi lokal apik
berpadu dengan alat musik Dombra. Alat musik
khas Kazak berbentuk mirip dengan gitar.
Dombra biasa juga dipake sebagai media penyampai
pesan termasuk pesan cinta seorang pemuda
kepada sang pujaan hati.
Berbagai atraksi dipertunjukan sebagai
bukti kalau kuda begitu melekat dengan
kehidupan orang Kazak. Tampil apik
dengan kostum tradisional Kazak, para penunggang
kuda membuka wisatawan yang datang dari
berbagai negara.
Atraksi ditutup dengan tarian khas Kazak
bersama sang kuda. Gaya hidup nomaden
mengharuskan pria dan wanita untuk menjadi
pengendara kuda handal dan pemburu yang
tenang.
Dalam Islam, bahkan berkuda menjadi salah
satu sunnah untuk dilakukan.
Rasulullah SAW berpesan untuk mengajarkan
olahraga sejak dini. Ajarilah anak-anak
kalian berkuda, berenang dan memanah.
(Hadis Riwayat Muslim).
Nah, sekarang kita mau masuk ke yurta. Ini
adalah rumah khas dari suku Kazakh dan kalau
masuk sini tradisinya adalah kita harus
melangkahkan kaki kanan pertama lalu sambil
menunduk.
Aku dan tamu lainnya diajak masuk hunian khas
Kazakh, yurta untuk menyelami kehidupan
masyarakat Kazakh terdahulu. Berbentuk
lingkaran tiang-tiang juga terbuat dari kayu,
bagian dalam biasanya diselimuti berbagai
jenis khas Kazakh.
Karpet-karpet yang menghiasi dinding yurta juga
punya makna karna suku Kazakh sangat menghargai
dan menjaga alam sehingga karpet ini
memiliki makna keindahan alam.
Nih, contohnya ya, ini punya makna tanduk rusa
kemudian ini punya makna bunga yang bermekaran.
Kelahiran seorang anak adalah sumber
kebahagiaan terbesar bagi warga Kazakh.
Sejumlah ritual biasanya tergelar menyambut
anggota baru keluarga mereka. Salah satunya
tradisi besikke salu, dimana bayi yang baru
lahir pertama kali ditempatkan di buaian
besikke, tempat tidur berupa lapisan kain
seperti (). Tradisinya yang membaringkan si
bayi haruslah orang tertua yang paling
dihormati di keluarga.
Yurta dalam bahasa Kazakh berarti tanah kelahiran.
Nah, yurta ini tidak memiliki sekat sama
sekali tapi ada pembagian area antara perempuan
dan laki-laki. Yang perempuan biasanya
ditandai dengan adanya hiasan yang
cantik-cantik sedangkan yang laki-laki
biasanya ada alat panah, jubah untuk berperang
sehingga ketika ada musuh, mereka langsung
keluar yurta dan membela diri.
Konstruksi yurta mudah dibongkar pasang
dan dibawa berpergian. Hal ini sangat penting
bagi orang Kazakh yang berakar dari suku nomaden.
Nah, suku Kazakh dulu tinggalnya berpindah-pindah
atau nomaden sehingga ketika ingin membangun
yurta, mereka akan dicoba dulu dengan cara
kuda peliharaannya untuk makan rumput di
sekitar situ. Jika kuda mau makan rumput
artinya itu adalah tempat yang bagus untuk
bangun yurta.
Jadi penutup perjalananku di desa etnohan,
aku mau coba memanah di tengah dinginnya Almaty.
Tentu jadi tantangan tersendiri untuk membidikan
busur panah tepat sasaran.
Wah, ini pengalaman baru banget, cobain panahan,
tapi sambil salju kayak gini dengan view
yang cantik walaupun tantangannya tangan
bener-bener beku dan bergetar tapi seru banget.
Ayo, kita coba nembak lagi.
Budaya dan tradisi yang terus terpelihara menambah
khazanah kehidupan muslim di Kazakhstan.
Semoga cahaya Islam selalu bersinar terang
di tanah para pengelana ini. Usai mempelajari
budaya Kazakhstan di sini, aku akan perjalanan
di Turkistan.
Hari ini perjalananku cukup jauh nih.
Bergeser dari kota Almaty ke Turkistan, salah
satu kota paling kuno di Asia Tengah. Sebelum
berangkat harus segarkan dulu dengan sahabat
travelingku yang satu ini. Udah ready nih,
yuk ah langsung berangkat ke Turkistan.
Yang pada tahun 2021 lalu dinobatkan sebagai
salah satu dari 10 tujuan wisata terbaik di
Kazakhstan. Dari kota Shymkent, perjalanannya
sekitar 2 jam.
Pertama, kita mengunjungi mausoleum atau
makam Khoja Ahmed Yasawi, ulama sufi
kebanggaan Kazakhstan dari abad ke-12.
Khoja Ahmed Yasawi selain tokoh muslim yang
soleh juga merupakan penyair. Pesan-pesan
kebijaksanaan yang ditulisnya sampai kini
terus dipelajari oleh generasi muda Kazakhstan
bahkan dunia Islam pada ketika ini.
Bangunan bersejarah yang menjadi saksi penyebaran
agama Islam di Turkisan ini pernah diserang
oleh 11 bom oleh pasukan dari Rusia namun
atas pertolongan dari Allah SWT, bangunan ini
tidak hancur sama sekali, hanya sebahagian
kecil saja rusak. MasyaAllah.
Permata sejarah Kazakhstan demikian Turkistan
dikenal. Bekas ibu kota Kesultanan Kazakh pada
abad 16 ini kini menarik ribuan muslim dari
Asia Tengah dan menjadikannya sebagai Mekah
Kedua.
Bangunan megah yang sekarang menaungi
pemakamannya Yasawi dibangun lebih dari
200 tahun setelah kematiannya.
Gedung megah ini dibangun Timur si Pincang
atau Timur Lenk. Seorang pahlawan besar
Uzbekistan sebagai bentuk penghormatan
sang Khoja.
Udah keliling di tempat ini, biar tetap fresh
harus pakai ini nih, Fresh & Natural
Hijab Refresh. Aku pakai yang varian
Bohemian Spirit. Wanginya manjain banget,
segar lagi. Fresh & Natural Hijab Refresh
Bohemian Spirit series ini merupakan spray
kologne pertama di Indonesia dengan formula
fight odor melindungi kita dari bau tidak sedap.
Kologne ini pas banget buat kita-kita yang
berhijab karna wangi yang fresh ala Bohemian.
Dan yang istimewanya, ada kandungan
anti bakterial yang lindungi kita dari kuman
dan bakteri. Fresh & Natural ini udah pasti
halal jadi feel safe and fresh everyday.
Let's share the smile and positive vibe
all the way with Fresh & Natural Hijab Refresh
Bohemian Series.
Konon batu bata yang digunakan untuk membangun
tempat ini dikirimkan secara berantai oleh
orang-orang yang berbaris sejauh 44 km dari
suatu tempat hingga sampai ke tempat ini.
Pengaruh ajaran Yasawi yang begitu luas serta
kemegahan arsitektur yang ditampilkan membuat
kompleks maoselium kini menjadi pusat wisata
religi.
Bangunan ini memiliki kubah terbesar di
Asia Tengah yang berbentuk 52 tulang rusuk
yang memiliki makna 50 kali menjalankan
ibadah solat Jumaat dalam satu tahun.
MasyaAllah.
Khoja Ahmed Yasawi belajar Islam di Bukhara
dan kembali ke Turkistan untuk mengajarkan
ajaran sufi di sini.
Orang setempat percaya 3 kali berziarah ke
Turkistan sama berhaji ke Mekah.
Tak jauh dari maoselium, terdapat masjid bawah
tanah, di tempat ini pulalah Yasawi habiskan
sisa usianya.
Sesuai dengan usia Rasulullah SAW, setelah
berusia 63 tahun, Khoja Ahmed Yasawi memutuskan
untuk menyendiri, menulis buku dan juga berdoa
di ruangan bawah tanah hingga kemudian
meninggal dunia pada usia 125 tahun.
Alhamdulillah, Turkistan telah membawaku ke
dalam perjalanan yang penuh kesan. Mengenal
budaya mereka dan menyelami jejak Islam di
Permata Kazakhstan.