Bagaimana kebiasaan sehari-hari berakhir pada kekerasan politis?
-
0:01 - 0:04Jadi saya akan mulai hari ini
dengan misteri bersejarah. -
0:05 - 0:08Pada 1958, ada dua wanita muda
-
0:08 - 0:09keduanya berusia 20an
-
0:09 - 0:11keduanya ada di kota yang sama
-
0:11 - 0:14keduanya anggota grup politis yang sama
-
0:15 - 0:19Di tahun itu, keduanya memutuskan
untuk melakukan serangan kekerasan. -
0:19 - 0:23Satu gadis membawa pistol dan mendekati
seorang prajurit di perbatasan. -
0:24 - 0:29Yang satunya membawa bom
dan pergi ke kafe yang ramai. -
0:30 - 0:32Namun di sini bedanya:
-
0:32 - 0:36salah satu dari kedua gadis itu
menjalankan serangannya, -
0:37 - 0:40tapi yang satunya berputar balik.
-
0:41 - 0:43Jadi apa yang membuatnya berbeda?
-
0:44 - 0:47Saya adalah sejarawan perilaku
dan mempelajari agresi, -
0:47 - 0:49kognisi moral
-
0:49 - 0:53dan pengambilan keputusan
dalam pergerakan sosial. -
0:53 - 0:55Berbelit-belit, ya. (Tertawa)
-
0:55 - 0:57Jadi, terjemahannya adalah:
-
0:57 - 1:02Saya mempelajari saat di mana seseorang
memutuskan untuk menarik pelatuknya, -
1:02 - 1:07keputusan dari hari-ke-hari
yang menuju pada saat tersebut -
1:07 - 1:13dan kisah yang mereka katakan sendiri
untuk membenarkan perilaku tersebut -
1:13 - 1:15Nah, topik ini --
-
1:15 - 1:17bukan hanya bersifat keilmuan untuk saya.
-
1:17 - 1:19Sebenarnya hal ini sedikit personal.
-
1:19 - 1:23Saya besar di Kootenai County, Idaho,
-
1:23 - 1:25dan ini sangat penting.
-
1:25 - 1:30Ini bukanlah daerah Idaho
yang ada kentangnya. -
1:30 - 1:32Kami tidak memiliki kentang.
-
1:32 - 1:34Dan jika anda bertanya tentang kentang,
-
1:34 - 1:35Saya akan temukan anda.
-
1:36 - 1:37(Tertawa)
-
1:37 - 1:40Bagian Idaho ini terkenal
dengan danau pegunungan, -
1:40 - 1:42menunggang kuda,
-
1:42 - 1:43bermain ski.
-
1:44 - 1:47Sayangnya, mulai dari tahun 1980an,
-
1:47 - 1:51daerah ini menjadi terkenal
sebagai pusat mendunia -
1:51 - 1:53untuk Bangsa Arya.
-
1:53 - 1:57Setiap tahun, anggota dari
perkumpulan neo-Nazi -
1:57 - 2:00akan muncul dan berarak melalui kota kami,
-
2:00 - 2:01dan setiap tahun,
-
2:01 - 2:05masyarakat kota kami
akan muncul dan memprotes mereka. -
2:05 - 2:08Nah, pada 2001, saya lulus SMA,
-
2:08 - 2:13dan pergi kuliah di kota New York.
-
2:13 - 2:17Saya tiba pada Agustus 2001
-
2:17 - 2:20Kebanyakan dari anda mungkin sudah tahu,
-
2:20 - 2:22bahwa tiga munggu setelahnya,
-
2:22 - 2:24Menara Kembar runtuh.
-
2:24 - 2:28Saya terkejut.
-
2:29 - 2:31Saya sangat marah.
-
2:33 - 2:34Saya ingin melakukan sesuatu,
-
2:34 - 2:38namun pada saat itu yang bisa
saya pikirkan hanyalah -
2:38 - 2:41dengan belajar bahasa Arab.
-
2:42 - 2:43Saya akui,
-
2:43 - 2:49Saya adalah tipe gadis di kelas yang
ingin tahu kenapa "mereka" benci "kita." -
2:49 - 2:53Saya mulai belajar bahasa Arab
untuk alasan yang sangat keliru. -
2:53 - 2:55Namun sesuatu yang tak disangka terjadi.
-
2:55 - 2:58Saya mendapatkan beasiswa
untuk belajar di Israel. -
2:59 - 3:02Jadi si gadis Idaho pergi ke Timur Tengah.
-
3:02 - 3:06Dan selagi saya di sana,
Saya bertemu Muslim Palestina, -
3:06 - 3:08Kristiani Palestina,
-
3:08 - 3:09Para pendatang Israeli,
-
3:09 - 3:11aktivis perdamaian Israel.
-
3:12 - 3:16Dan yang saya pelajari adalah
semua aksi mempunyai ekologi. -
3:17 - 3:18Mempunyai konteks.
-
3:20 - 3:24Sejak saat itu, saya sudah pergi
mengelilingi dunia, -
3:24 - 3:28sudah mempelajari pergerakan kekerasan,
-
3:28 - 3:33saya sudah bekerja dengan LSM,
dan mantan petarung di Irak, -
3:33 - 3:34Suriah,
-
3:34 - 3:35Vietnam,
-
3:35 - 3:36Balkan,
-
3:36 - 3:38Kuba.
-
3:38 - 3:41Saya mendapatkan PhD saya di Sejarah,
-
3:41 - 3:43dan pekerjaan saya adalah
mendatangi arsip berbeda -
3:43 - 3:46dan saya gali dokumen-dokumen,
-
3:46 - 3:49mencari pengakuan polisi,
-
3:49 - 3:52kasus pengadilan,
-
3:52 - 3:57buku harian dan manifesto individual
yang terlibat dalam serangan kekerasan. -
3:57 - 4:00Nah, anda kumpulkan semua dokumen ini --
-
4:00 - 4:02apa yang mereka beritahukan?
-
4:02 - 4:05Ternyata, otak kita suka
-
4:05 - 4:06dengan misteri kausal.
-
4:06 - 4:09Sehingga setiap kali kita melihat
berita tentang penyerangan, -
4:09 - 4:12kita biasanya menanyakan satu hal:
-
4:12 - 4:13Kenapa?
-
4:13 - 4:14Kenapa hal itu terjadi?
-
4:14 - 4:17Bisa saya katakan pada anda
saya sudah baca ribuan manifesto -
4:17 - 4:22dan yang akan anda temukan adalah
biasanya mereka bersifat meniru. -
4:22 - 4:26Mereka meniru gerakan politis
yang menjadi acuan mereka. -
4:26 - 4:30Sehingga tak banyak yang bisa diketahui
tentang pengambilan keputusan -
4:30 - 4:32terkait dengan kasus seperti itu.
-
4:32 - 4:37Jadi kita harus mengajari diri untuk
menanyakan pertanyaan sangat berbeda. -
4:37 - 4:40Daripada "Mengapa?'
kita harus bertanya "Bagaimana?" -
4:40 - 4:43Bagaimana orang-orang ini
menghasilkan serangan, -
4:43 - 4:48dan cara ekologi pengambilan keputusan
berpengaruh pada perilaku kekerasan? -
4:49 - 4:54Ada beberapa hal yang saya pelajari
dari menanyakan pertanyaan seperti ini. -
4:54 - 4:56Hal yang paling penting adalah
-
4:56 - 4:59kekerasan politis
bukanlah hasil asli budaya. -
4:59 - 5:00Kita menciptakan hal tersebut
-
5:00 - 5:03Dan entah apakah kita sadari atau tidak,
-
5:03 - 5:08kebiasaan sehari-hari kita berpengaruh
pada terciptanya kekerasan -
5:08 - 5:10di lingkungan kita.
-
5:10 - 5:15Inilah beberapa kebiasaan yang telah
saya pelajari berkontribusi pada kekerasan -
5:16 - 5:20Satu hal yang dilakukan si penyerang
-
5:20 - 5:23saat mempersiapkan diri mereka
untuk suatu kekerasan -
5:23 - 5:27adalah menutup diri mereka
dalam suatu gelembung informasi. -
5:27 - 5:30Anda pasti pernah dengar
berita palsu, kan? -
5:30 - 5:32Nah, ini yang mengejutkan saya:
-
5:32 - 5:36setiap grup yang saya pelajari
punya semacam slogan fake news. -
5:36 - 5:39Komunis Prancis
menamainya dengan "media busuk." -
5:39 - 5:43Ultranasionalis Prancis menyebutnya
dengan "media bayaran" -
5:43 - 5:45dan "media khianat."
-
5:45 - 5:49Islamis di Mesir menyebutnya
"berita bejat." -
5:49 - 5:52Dan komunis Mesir menyebutnya...
-
5:52 - 5:53"berita palsu."
-
5:53 - 5:58Lalu kenapa grup-grup menghabiskan waktu
untuk menciptakan gelembung informasi ini? -
5:58 - 6:01Jawabannya sebenarnya sangat sederhana.
-
6:01 - 6:05Kita membuat keputusan berdasarkan
informasi yang kita percaya, kan? -
6:05 - 6:09Jadi jika kita percaya informasi buruk,
-
6:09 - 6:12kita akan membuat keputusan yang buruk.
-
6:12 - 6:15Kebiasaan menarik lainnya
yang dipakai individu -
6:15 - 6:18ketika mereka akan melakukan
serangan kekerasan -
6:18 - 6:22adalah mereka tidak melihat korban
sebagai individu -
6:22 - 6:24tapi hanya sebagai bagian dari tim lawan.
-
6:25 - 6:27Nah di sinilah mulai aneh.
-
6:28 - 6:32Ada beberapa ilmu otak menyenangkan
dibalik kenapa pemikiran itu efektif. -
6:32 - 6:35Katakanlah saya membagai anda semua
menjadi dua tim: -
6:35 - 6:37tim biru,
-
6:37 - 6:38tim merah.
-
6:38 - 6:41Dan saya akan minta anda
untuk berkompetisi satu sama lain. -
6:41 - 6:45Nah, hal yang menarik adalah,
hanya dalam milisekon, -
6:45 - 6:50anda akan mulai merasakan
kesenangan -- kesenangan -- -
6:50 - 6:55saat sesuatu yang buruk terjadi
pada anggota tim lain. -
6:56 - 7:00Yang menarik tentang itu adalah jika saya
meminta salah satu anggota tim biru -
7:00 - 7:02untuk bergabung dengan tim merah,
-
7:03 - 7:05otak anda akan terkalibrasi ulang,
-
7:05 - 7:06dan hanya dalam milisekon,
-
7:06 - 7:09anda akan merasakan kesenangan
-
7:09 - 7:12saat hal buruk terjadi
pada anggota di tim lama anda. -
7:14 - 7:21Inilah contoh yang sangat bagus
kenapa berpikir kita-mereka itu berbahaya -
7:21 - 7:22dalam lingkungan politis kita.
-
7:22 - 7:27Kebiasaan lain yang digunakan penyerang
untuk menyemangati diri sebelum serangan -
7:27 - 7:29adalah dengan berfokus pada perbedaan.
-
7:29 - 7:32Dengan kata lain, mereka melihat pada
korban dan berpikir -
7:33 - 7:35"Tidak ada persamaan
antara aku dan dia. -
7:35 - 7:37Mereka benar-benar berbeda dariku."
-
7:39 - 7:42Sekali lagi, mungkin terdengar seperti
konsep yang sangat simpel, -
7:42 - 7:47namun ada beberapa sains menarik
dibalik cara kerja hal ini. -
7:47 - 7:52Semisal saya menunjukkan anda
video tangan dengan warna kulit berbeda -
7:52 - 7:56dan jarum-jarum tajam ditusukkan
kepada tangan dengan warna berbeda ini, -
7:56 - 7:57Oke?
-
7:58 - 8:00Jika anda kulit putih,
-
8:00 - 8:06kemungkinan anda akan merasakan simpati
-
8:06 - 8:08atau sakit yang paling besar
-
8:08 - 8:10ketika anda melihat jarum
menusuk tangan kulit putih. -
8:12 - 8:15Jika anda Latin Amerika, Arab, kulit hitam
-
8:15 - 8:19anda mungkin akan mengalami
rasa simpatik paling besar -
8:19 - 8:24saat melihat jarum menusuk ke tangan
yang terlihat mirip dengan tangan anda. -
8:27 - 8:31Berita bagusnya adalah,
hal itu tidak terpatri secara biologis. -
8:31 - 8:33Itu adalah perilaku yang dipelajari.
-
8:33 - 8:38Berarti semakin sering kita menghabiskan
waktu dengan komunitas etnis lain -
8:38 - 8:45dan semakin kita melihat mereka mirip
dengan kita dan bagian tim kita, -
8:45 - 8:47semakin kita akan merasakan sakit mereka.
-
8:47 - 8:49Kebiasaan terakhir
yang akan saya bicarakan -
8:49 - 8:55adalah ketika penyerang mempersiapkan diri
untuk keluar dan melakukan serangan, -
8:55 - 8:57mereka berfokus pada isyarat emosional.
-
8:57 - 9:03Berbulan-bulan, mereka menyiapkan diri
berfokus pada isyarat kemarahan, misalnya -
9:03 - 9:06Saya membahas ini karena
hal ini sedang populer sekarang. -
9:06 - 9:10Jika anda membaca blog atau berita,
-
9:10 - 9:14anda akan lihat pembahasan dua konsep
dari laboratorium sains: -
9:14 - 9:17pembajakan amygdala
dan pembajakan emosional. -
9:17 - 9:19Nah, pembajakan amygdala:
-
9:19 - 9:23adalah konsep di mana saya memperlihatkan
pada anda isyarat -- misal, pistol -- -
9:24 - 9:27dan otak anda bereaksi
dengan respon otomatis terhadap ancaman -
9:27 - 9:29dari isyarat tersebut.
-
9:29 - 9:31Pembajakan emosional --
memiliki konsep sangat mirip. -
9:31 - 9:36Merupakan suatu ide di mana saya
menunjukkan anda isyarat marah, misalnya, -
9:36 - 9:41dan otak anda akan bereaksi
dengan respon marah yang otomatis -
9:41 - 9:43terhadap isyarat tersebut.
-
9:43 - 9:47Saya rasa wanita biasanya lebih sering
mengalami ini daripada pria. (Tertawa) -
9:47 - 9:48(Tertawa)
-
9:48 - 9:51Naratif yang membajak seperti itu
menarik perhatian kita. -
9:51 - 9:54Bahkan kata "pembajakan"
sudah menarik perhatian kita. -
9:55 - 9:56Masalahnya,
-
9:56 - 10:00yang sering terjadi, isyarat tidak
bekerja seperti itu di kehidupan nyata. -
10:01 - 10:02Jika mempelajari sejarah
-
10:02 - 10:07yang anda temukan adalah kita dibombardir
dengan ratusan ribu isyarat -
10:07 - 10:09setiap harinya.
-
10:09 - 10:11Dan yang kita lakukan adalah menyaringnya.
-
10:11 - 10:13Kita abaikan beberapa isyarat,
-
10:13 - 10:15kita memperhatikan isyarat lain.
-
10:15 - 10:19Pada kekerasan politis,
ini merupakan hal yang sangat penting, -
10:19 - 10:25karena hal ini berarti para penyerang
biasanya tidak melihat isyarat kemarahan -
10:25 - 10:26dan kemudian langsung beraksi.
-
10:27 - 10:28Malahan,
-
10:28 - 10:35para politisi, aktifis sosial menghabiskan
berminggu-minggu, bulan, tahun -
10:35 - 10:40membanjiri lingkungan
dengan isyarat kemarahan, misalnya, -
10:40 - 10:42dan para penyerang,
-
10:42 - 10:44mereka memperhatikan isyarat-isyarat itu,
-
10:44 - 10:47mereke meyakini itu,
-
10:47 - 10:48mereka berfokus pada itu,
-
10:49 - 10:51bahkan mengingat hal itu.
-
10:51 - 10:58Semua ini benar-benar menunjukkan
betapa pentingnya mempelajari sejarah. -
10:58 - 11:02Merupakan satu hal melihat bagaimana
isyarat bekerja di setelan laboratorium. -
11:02 - 11:05Dan eksperimen di laboratorium tersebut
sangatlah penting. -
11:05 - 11:09Mereka memberikan kita banyak data baru
tentang bagaimana tubuh kita bekerja. -
11:10 - 11:15Namun sangat penting juga untuk melihat
bagaimana isyarat bekerja di dunia nyata. -
11:19 - 11:23Lalu apa yang bisa semua ini beritahukan
pada kita tentang kekerasan politis? -
11:24 - 11:27Kekerasan politis
bukanlah hasil dari budaya. -
11:28 - 11:33Ia bukanlah respon otomatis yang terpatri
terhadap stimuli lingkungan. -
11:34 - 11:35Kita yang membuatnya.
-
11:35 - 11:37Kebiasaan sehari-hari kita membuatnya.
-
11:39 - 11:43Sebenarnya, mari kembali ke dua
wanita yang saya sebutkan di awal. -
11:44 - 11:50Wanita pertama telah memperhatikan
kampanye-kampanye penuh amarah, -
11:50 - 11:51jadi ia bawa sebuah pistol
-
11:51 - 11:53dan mendekati satu prajurit di perbatasan.
-
11:55 - 11:59Tapi pada saat itu,
sesuatu yang sangat menarik terjadi. -
11:59 - 12:02Ia melihat prajurit tersebut,
-
12:02 - 12:04dan berpikir dalam hati,
-
12:06 - 12:09"Ia berusia sebaya denganku.
-
12:09 - 12:11Ia terlihat seperti diriku."
-
12:13 - 12:15Maka ia menurunkan senjatanya,
dan berjalan pergi. -
12:16 - 12:19Hanya dari persamaan yang kecil itu.
-
12:20 - 12:24Gadis yang kedua,
memiliki hasil yang sangat berbeda. -
12:26 - 12:28Ia juga mendengarkan
kampanye-kampanye kemarahan. -
12:28 - 12:31namun ia mengelilingi dirinya
dengan individual-individual -
12:31 - 12:33yang mendukung kekerasan,
-
12:33 - 12:36dengan rekan yang mendukung kekerasannya.
-
12:37 - 12:40Ia menutup dirinya
dalam sebuah gelembung informasi -
12:41 - 12:44Ia memfokuskan diri pada isyarat emosional
tertentu selama berbulan-bulan. -
12:44 - 12:50Ia mengajarkan dirinya sendiri untuk
melewati batasan budaya pada kekerasan. -
12:50 - 12:52Ia melatih rencananya,
-
12:52 - 12:54ia mengajarkan dirinya kebiasaan baru,
-
12:54 - 12:58dan ketika waktunya tiba,
ia membawa bomnya ke kafe, -
12:58 - 13:01dan ia laksanakan serangannya.
-
13:04 - 13:06Hal tersebut bukanlah impuls.
-
13:07 - 13:09Ia adalah pembelajaran.
-
13:10 - 13:14Polarisasi dalam masyarakat kita
bukanlah impuls, -
13:14 - 13:16namun suatu pembelajaran.
-
13:16 - 13:19Setiap hari kita mengajari diri sendiri:
-
13:19 - 13:21berita yang kita klik,
-
13:21 - 13:23emosi yang kita berfokus padanya,
-
13:23 - 13:28pemikiran yang kita punya
mengenai tim merah atau tim biru. -
13:28 - 13:31Semua ini berpengaruh pada pembelajaran,
-
13:31 - 13:32entah kita menyadarinya atau tidak.
-
13:33 - 13:34Berita baiknya
-
13:36 - 13:41adalah biarpun individual yang
saya pelajari sudah membuat keputusan, -
13:41 - 13:44kita masih bisa merubah lintasan kita.
-
13:45 - 13:49Kita mungkin tidak akan dapat
membuat keputusan seperti mereka, -
13:49 - 13:53namun kita dapat menghentikan
berkontribusi ke ekologi kekerasan. -
13:54 - 13:58Kita bisa keluar dari gelembung berita
apapun yang kita diami sekarang, -
13:58 - 14:02kita bisa lebih memperhatikan
pada isyarat emosional -
14:02 - 14:03untuk difokuskan,
-
14:03 - 14:06pada umpan kemarahan yang kita klik.
-
14:06 - 14:08Namun paling penting,
-
14:08 - 14:12kita dapat berhenti melihat satu sama lain
hanya sebagai anggota tim merah -
14:12 - 14:14atau tim biru.
-
14:14 - 14:20Karena meskipun kita adalah Kristiani,
Muslim, Yahudi, ateis, -
14:20 - 14:22Demokrat atau Republikan,
-
14:22 - 14:24kita adalah manusia.
-
14:24 - 14:25Kita adalah orang-orang.
-
14:26 - 14:29Dan kita sering kali punya kebiasaan mirip
-
14:30 - 14:32Kita punya perbedaan.
-
14:32 - 14:34Namun perbedaan tersebut indah,
-
14:34 - 14:37dan perbedaan tersebut sangat penting.
-
14:37 - 14:43Tetapi masa depan kita bergantung
pada kemampuan kita menemukan kesamaan -
14:43 - 14:45dengan pihak yang lain.
-
14:46 - 14:49Dan itulah mengapa sangat, sangat penting
-
14:49 - 14:52bagi kita untuk melatih ulang otak kita
-
14:52 - 14:56dan berhenti berkontribusi pada
ekologi kekerasan. -
14:56 - 14:57Terima kasih.
-
14:57 - 14:59(Tepuk tangan)
- Title:
- Bagaimana kebiasaan sehari-hari berakhir pada kekerasan politis?
- Speaker:
- Christiane Marie Abu Sarah
- Description:
-
Apa yang menyebabkan seseorang melakukan kekerasan yang dimotivasi politik? Jawabannya yang memprihatinkan ada pada kebiasaan sehari-hari. Sejarawan perilaku Christiane-Marie Abu Sarah berbagi wawasan cemerlang mengenai bagaimana pilihan yang sepertinya biasa saja dapat menghasilkan polarisasi yang berujung pada aksi ekstrem, bahkan mematikan -- dan menjelaskan bagaimana mengenali dan melampaui perilaku-perilaku ini dalam upaya menemukan kembali kesamaan.
- Video Language:
- English
- Team:
closed TED
- Project:
- TEDTalks
- Duration:
- 15:13
![]() |
Ade Indarta approved Indonesian subtitles for How do daily habits lead to political violence? | |
![]() |
Ade Indarta edited Indonesian subtitles for How do daily habits lead to political violence? | |
![]() |
Maria Nainggolan accepted Indonesian subtitles for How do daily habits lead to political violence? | |
![]() |
Maria Nainggolan edited Indonesian subtitles for How do daily habits lead to political violence? | |
![]() |
Yasmine Faiqotulhimmah edited Indonesian subtitles for How do daily habits lead to political violence? | |
![]() |
Yasmine Faiqotulhimmah edited Indonesian subtitles for How do daily habits lead to political violence? |